Desainer Indonesia ditunjuk buat jubah untuk Paus Fransiskus

Desainer Indonesia Musa Widyatmodjo ditunjuk untuk merancang kasula atau jubah Bapa Suci Sri Paus Fransiskus di Vatikan.

Dalam kesempatan tersebut, Musa menggunakan tenun Garut yang dibuat dari bahan sutera secara tradisional menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).

Dikutip dari ANTARA (28/10), perancang busana yang telah berkiprah lebih dari tiga dekade itu mengaku membutuhkan waktu cukup lama untuk merampungkan jubah tersebut.

Tenun Garut sendiri merupakan wastra Indonesia yang memiliki ciri khas permukaan tiga dimensi. Popularitas kain tradisional ini kembali naik usai sebelumnya sempat meredup di era tahun 70-an.

Kualitas kainnya dengan benang yang ditenun menggunakan keahlian khusus membuat kain ini dinilai cocok diberikan kepada Paus Fransiskus.

Selain itu, melalui kesempatan ini, Musa ingin sekaligus memperkenalkan kain tradisional Nusantara.

“Tenun Garut merupakan karya industri rumahan dengan hasil material kain yang berkualitas. Setiap helai benang ditenun dengan rasa cinta dan keahlian yang menghasilkan helai kain yang memiliki ‘jiwa’,” kata Musa dalam keterangannya.

“Kain ini pantas untuk dijadikan material kasula Bapa Suci Sri Paus Fransiskus,” ungkapnya lagi.

Untuk merealisasikan jubah spesial tersebut, Musa Widyatmodjo memilih tenun jacquard sutera dengan detail tekstur yang membentuk motif indah.

“Tenun jacquard sutera yang saya pilih memiliki tekstur yang membentuk motif geometrik white on white yang terlihat tegas sekaligus anggun,” tambah Musa.

Sementara itu, untuk stola-nya, ia memilih untuk menggunakan tenun songket Bali dengan warna dasar putih, kemudian dilengkapi dengan motif benang emas.

Tenun songket Bali untuk bagian stola dipilih sebagai simbol kedamaian dan toleransi terhadap sesama.

“Saya memilih tenun Bali karena saya melihat Bali dikenal dengan kehidupan yang penuh kedamaian seiring dengan kesadaran bertoleransinya,” ujar Musa, melansir Okezone (31/10)

Ini sekaligus mewakili keprihatinan saya atas situasi yang berkembang di banyak sudut dunia yang seperti kehilangan cinta kasih dan toleransi pada sesama,” pungkasnya.

Kasula ini dipersembahkan oleh Stephanie Kesume dan telah diserahkan langsung kepada Bapa Suci Sri Paus Fransiskus pada akhir Oktober lalu.