Indeks keamanan siber Indonesia terburuk di Asia dan dunia
Indonesia menjadi negara dengan indeks keamanan siber terburuk di Asia dan dunia. Alhasil, bekerja jarak jauh menjadi hal yang dianggap dan dinilai tidak aman di Indonesia. Penilaian diberikan oleh Reboot Digital PR Service dari Inggris yang menganalisa statistik keamanan siber.
Riset keamanan siber tersebut menilai keamanan dari sejumlah tindakan serangan siber seperti drive-by, situs phishing, situs hosting malware, dan penyusupan komputer. Disinyalir bahwa Indonesia memiliki sebanyak 643 komputer yang terinfeksi virus, 1.080 situs phishing, dan 1.040 situs dengan malware.
Rupanya, meskipun riset menunjukkan longgarnya keamanan siber di Indonesia, hal ini tak lantas membuat redupnya daya tarik turis asing untuk tetap bekerja dari jarak jauh di Indonesia.
Melansir Suara (29/6), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno ungkap, sebanyak 95% turis, khususnya Bali, datang dengan tujuan utama untuk bekerja jarak jauh. Sandiaga pun bilang, visa digital nomad Indonesia sudah masuk dalam tahap akhir proses penerbitannya.
Menurut laporan National Cyber Security Index (NCSI) per Juni 2022, skor keamanan siber Indonesia 38,96 dari 100 negara dan menempati urutan nomor 83 secara global. Padahal, di sisi lain, Indonesia menempati posisi nomor satu dengan jumlah pengguna internet terbanyak di dunia.
Tak hanya itu, Indonesia menempati ekonomi digital tertinggi di Asia Tenggara dan telah berkontribusi sebesar US $70 miliar terhadap ekonomi digital nasional pada 2021.
Melansir We Are social 2022, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 204,7 juta dengan tingkat penetrasi sebanyak 73,3% per Januari 2022. Angka ini naik sekitar 1,03% dibanding tahun lalu.
Sayangnya, berkembangnya jumlah pengguna internet tidak sejalan kekuatan keamanan siber Indonesia. Betapa tidak, laporan National Cyber Security Index (NCSI) yang dilansir dari Detik, menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi keenam se-ASEAN dan ke-83 dari 160 negara di seluruh dunia.
Pasalnya, penilaian peringkat keamanan siber tersebut bersumber pada beberapa hal, mulai dari aturan hukum negara terkait keamanan siber, kerja sama pemerintah dalam membangun keamanan siber, hingga lembaga dan program pemerintah yang mendukung keamanan siber.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan bahwa pada awal tahun ini terjadi peningkatan anomali trafik keamanan siber, yakni sebanyak 495 juta ancaman serangan siber. Infeksi malware (perangkat lunak berbahaya) menjadi ancaman terbesar 62%, diikuti oleh aktivitas trojan 10%, dan pengumpulan informasi untuk mencari celah keamanan (information gathering) sebanyak 9%.
Lantas, berdasarkan data tersebut, negara tetangga Malaysia, menjadi nomor satu di ASEAN dalam ketahanan keamanan siber dengan skor 79,22. Bahkan, dalam hal ini, Malaysia mengalahkan Singapura yang sering dianggap sebagai negara maju dengan keamanan siber terbaik.
Tak hanya Indonesia, ternyata berdasarkan data dari Reboot Digital PR Service, Singapura bahkan masuk 10 besar negara dengan keamanan siber terburuk di Asia dengan 780 situs phising, 2160 situs mengandung malware, dan 204 komputer terinfeksi virus.
Data tersebut pun mengungkapkan bahwa negara di Asia dengan ketahanan siber terbaik dimiliki oleh Korea Selatan, diikuti dengan Jepang dan Lebanon.