Akibat YEEZY, Adidas sampaikan potensi kerugian tahunan pertamanya dalam 31 tahun

Perdana terjadi dalam 31 tahun masa kejayaannya, Adidas telah memperingatkan potensi kerugian tahunannya yang sebagian besarnya disebabkan oleh kekacauan koleksi pakaian dan sepatu YEEZY.

Seperti yang kita tahu, koleksi YEEZY merupakan hasil kolaborasi Adidas dengan Kanye West atau Ye. 

Dilaporkan oleh CNN BUSINESS (8/3), jenama perlengkapan olahraga global asal Jerman itu mengabarkan kemungkinan kerugian tersebut pada Rabu (8/3).

Berdasarkan laporan Adidas, disinyalir bahwa kerugian operasional tersebut bisa mencapai €700 juta (sekitar Rp11,3 triliun) di tahun ini, lantaran sejumlah barang YEEZY bernilai sekitar €500 juta (Rp8,1 triliun) tidak terjual.

Lantas, kabar laporan keuangan 2022 dan ramalan kondisi finansialnya untuk 2023 pada Rabu pagi tersebut membuat nilai saham Adidas turun 2,2%.

Namun, Adidas mengklaim bahwa tahun ini mereka akan berupaya untuk memasarkan kembali produk YEEZY dengan strategi yang berbeda, tanpa mengelaborasikan lebih lanjut rencananya tersebut. 

Baca juga: Berpisah dari Kanye West, Adidas akan tetap jual Yeezy dengan nama berbeda

Drama Ye berimbas penurunan pendapatan Adidas

Setelah kontroversi Ye akibat ungkapan anti semit darinya menuai kritik besar dari sejumlah pihak, Adidas memutus kerja sama YEEZY dengan rapper tersebut pada Oktober 2022 lalu.

Padahal, kontrak antara Adidas dan Ye seharusnya berlangsung selama sembilan tahun. Alhasil, keputusan itu tampaknya betul-betul mengguncang finansial perusahaan raksasa asal Jerman tersebut.

Betapa tidak, pada Februari lalu, Adidas mengumumkan bahwa pendapatan tahunannya di 2023 berpotensi terjun sebesar  €1,2 miliar (sekitar Rp19,5 triliun).

Dan hal itu sepenuhnya disebabkan oleh perpisahan mendadaknya dengan Ye.

Adapun dalam pendapatan kuartal terakhir 2022 mereka menurun sebesar €600 juta (sekitar Rp9,7 triliun), berdasarkan penjelasan Adidas Rabu kemarin. 

Namun, di sisi lain, kontroversi YEEZY disinyalir membuat permintaannya meningkat di pasaran. 

Sebagaimana pekan lalu, John Mocadlo, chief executive penjual sepatu dan pakaian kelas atas Impossible Kicks, menyebut bahwa permintaan sepatu YEEZY meningkat 30% sejak Oktober tahun lalu.

Finansial terancam, Adidas sebut 2023 akan jadi ‘tahun transisi’

Ramalan kelam dari keuangan Adidas membuat Chief Financial Officer Harm Ohlmeyer menyebut 2023 menjadi, “tahun yang mengecewakan” bagi perusahaan.

Akan tetapi, berdasarkan laporan CNN BUSINESS, ternyata selama ini Adidas telah alami penurunan keuntungan mencapai 66% dari tahun ke tahun.

Meski Adidas berhasil meningkatkan penjualannya sebesar 1% pada 2022 lalu, pasar terbesarnya yakni Tiongkok, alami penurunan sebesar 36% akibat pandemi COVID-19. 

Lantas, Adidas mengharapkan 2023 menjadi titik balik bagi perusahaan, “2023 akan menjadi tahun transisi,” di mana perusahaan akan, “membangun pijakan baru agar dapat berkembang dan menghasilkan untung.”

Di sisi lain, Chief Executive Adidas Bjorn Gulden menyatakan, perusahaan perlu meminimalisir diskon dan mengurangi stok barang untuk menangani kemungkinan kerugian ini.